Sejak kecil, Abdul Qadir Al-Jailani dibesarkan dalam keluarga yang saleh, sederhana, dan cinta pengetahuan. Baca juga: Mengenal Ajaran Tasawuf Imam Al-Ghazali & 5 Inti Tasawuf Akhlaki. Sejak usia mudanya, Abdul Qadir Al-Jailani sudah menuntut ilmu pada banyak ulama kesohor di Bagdad. Berbagai disiplin ilmu dia pelajari.
Jakarta, NU Online Cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani bersilaturahim ke Pesantren Khas Kempek Cirebon Jawa Barat, pada Kamis 24/2/2022. Mendampingi sang syekh di depan jamaah, Pengasuh Pesantren Khas Kempek KH M. Musthofa Aqil menyampaikan kisah syekh kelahiran Turki itu berkeliling dunia untuk mencari sejumlah kitab kakeknya. Menurut Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU itu, mulanya Syekh Fadhil didatangi oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kondisi antara tidur dan terjaga. Hal itu ia alami sampai lebih dari sepuluh kali. Dari perjumpaan dengan Syekh Abdul Qadir, Syekh Fadhil mengaku diberi mandat oleh sang kakek untuk mencari kitab karyanya yang tersebar di penjuru dunia. Setelah yakin, Syekh Fadhil pun memantapkan diri untuk melakukan amanah itu. Padahal, keturunan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani ada banyak di dunia ini, tapi hanya Syekh Fadhil yang mendapat kepercayaan untuk melakukan tugas khusus ini. “Akhirnya, Syekh Fadhil bertekad untuk mewakafkan jiwa, pikiran, ilmu, dan hartanya untuk khidmah kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jilani mencari kitabnya. Syekh Fadhil pun berkeliling dunia hingga 33 tahun untuk mencari kitab-kitab tersebut dan mendapat 114 judul kitab Syekh Abdul Qadir Al-Jilani,” terang Kiai Musthofa. “Padahal, cucu Syekh Abdul Qadir al-Jailani itu ada ribuan, di Makkah, Madinah, Syuriah, dan tempat lainnya,” imbuhnya. Dari 114 judul kitab yang ditemukan, lanjut Kiai Musthofa, semuanya terdiri dari berbagai cabang disiplin ilmu agama seperti nahwu, sharaf, badi’, balaghah, fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir dan lainnya. Dari total judul yang ada, hanya 28 yang masih bisa dicetak. Sementara, dalam kesempatan itu Syekh Fadhil menyampaikan kekagumannya kepada Indonesia. Ia mengaku sudah sering melawat ke Indonesia sejak lima belas tahun yang lalu. Dari kunjungannya itu, ia kagum dengan Indonesia dan menganggapnya sebagai negara kedua setelah tanah kelahirannya, yaitu Turki. Lebih lanjut, Syekh Fadhil bahkan mengungkapkan kecintaannya kepada Indonesia semakin bertambah. Di hatinya kini, Indonesia laksana negara pertama baginya. “Hampir 15 tahun saya berkunjung ke Indonesia dan menganggapnya sebagai negara kedua, tetapi mulai saat ini saya menganggap Indonesia adalah negaraku,” ucap Syekh Fadhil bangga dan disambut tepuk tangan para jamaah. Ia mengaku, pada kunjungannya kali ini merasa lebih bahagia dibanding kunjungan-kunjungan sebelumnya. Sebab, kunjungan tersebut adalah yang pertama sejak pandemi Covid-19. Ia merasa sangat rindu kepada Indonesia dan orang yang dijumpainya saat ini, yaitu Kiai Musthofa. Selain itu, alasan lain yang membuat ia sangat bahagia adalah karena Tafsir Al-Jilani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang ditahqiq langsung oleh dia sudah diterjemahkan semua ke dalam bahasa Indonesia sebanyak enam jilid dan kabarnya akhir bulan Februari ini sudah selesai cetak. Dalam kesempatan itu, tampak Syekh Fadhil mengenakan jubah berwarna hijau lengkap dengan imamah dan syal berwarna hijau pula. Sementara Kiai Musthofa yang mendampinginya di depan jamaah tampak mengenakan jas putih, sarung hijau, imamah putih dan sorban hijau di pundak kirinnya. Untuk diketahui, Syekh Fadhil merupakan cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jilani yang lahir pada 1954 di Desa Jimzarok, Provinsi Qurtalan Timur, Negara Turki. Beliau tinggai di Istanbul, ibu kota Turki. Semasa kecilnya, beliau diasuh oleh kakeknya Syekh Muhammad Shiddiq Al-Jailani dan ayahanya Syekh Muhammad Faiq al-Jailani al-Hasani. Kontributor Muhamad Abror Editor Syamsul ArifinHIDAYATUNA.COM - Syekh Mikhlaf al-'Aliy menceritakan bahwa suatu ketika Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berkata di depan murid-muridnya bahwa beliau akan menunjukkan karomah terbesar yang beliau miliki. "Hari Jumat besok aku akan menampakkan pada kalian karomah terbesarku," kata Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.
Dalam kajian tasawuf, syekh Abdul Qadir al-Jailani merupakan sosok yang tak asing lagi. Orang-orang sufi menyebutnya sebagai Sulthanul Aulia, raja para wali, sedangkan di Barat dikenal sebagai Shultanof of The Saints, raja orang-orang suci. Kisah Syekh Abdul Qadir al-Jailani ini menarik untuk dibincangkan, karena karomah-karomah melegenda yang dimilikinya. Hal tersebut tak lepas atas ikhtiarnya menjadi hamba yang takwa kepada Allah SWT sekaligus manusia pilihan untuk menebar teladan umat manusia bagi mereka yang mau mengambil hikmah. Kendati Nabi Muhammad SAW merupakan khatamul anbiya penutup para nabi, hakikatnya Allah tidak pernah berhenti mengutus orang-orang pilihan untuk memberi petunjuk kepada manusia yang tersesat. Manusia pilihan itu disebut dengan para wali yang kedudukan derajatnya tetap lebih unggul para nabi dan rasul. Syahdan, atas izin Allah para wali ini memiliki karomah-karomah atau sesuatu kejadian luar biasa yang bisa dikatakan tak masuk nalar manusia yang hanya terjadi kepada mereka berpangkat waliyullah atau kekasih Allah. Memang, bukan hanya para wali yang dapat melakukan hal-hal di luar nalar manusia. Para dukun, penyihir, dan mereka yang memiliki ilmu gaib juga bisa seolah-olah memiliki karomah. Namun, itu sesuatu yang berbeda. Para wali menggunakan karomahnya untuk mengajak manusia pada kebenaran Tuhan, tidak meminta agar disembah, kesaktiannya tidak bertujuan menyakiti orang lain, mencegah kemungkaran di muka bumi, dan sebagai pertunjukkan adanya keagungan Allah yang diberikan kepada manusia. Sebaliknya, mereka yang bukan wali menggunakan kelebihannya mengajak pada kemusyrikan, melukai orang lain, dan kesesatan lainnya yang jauh dari nilai-nilai kebenaran. Dari sekian banyaknya karomah yang dimiliki Syekh Abdul Qadir al-Jailani, penulis hanya mencatat tiga karomah. Pertama, dimulai dari rekam jejaknya saat dalam kandungan, yaitu al-Jailani seorang anak yang dilahirkan dari perempuan yang usianya sangat renta, yaitu 60 tahun. Padahal, usia tersebut sangat tidak memungkinkan bagi Wanita yang dapat melahirkan secara normal dan sehat, tetapi ini kehendak Allah yang telah mengatur segalanya. Konon, sejak bayi al-Jailani telah berpuasa. Tatkala bayi yang kerap menangis saat kehausan, saat puasa al-Jailani enggan menyusu sampai waktu maghrib tiba ia baru kemudian menangis. Tanda bukti, ia berbuka dan meminta untuk menyusu. Sampai-sampai orang di sekitarnya kerap bertanya pada ibu al-Jailani untuk memastikan waktu Ramadhan, yang mana zaman dahulu masih sulit menentukan terlihat atau tidaknya hilal. Kedua, saat usia al-Jailani menginjak remaja ia hendak membajak sawah di ladang dengan seekor sapi. Tiba-tiba seekor sapi dapat berbicara seperti halnya manusia, sapi itu mengatakan, “Hai Abdul Qadir, engkau tidak dijadikan untuk ini dan tidak diperintahkan Mendengar itu, ia ternganga dengan keajaiban yang ada. Ini mungkin peristiwa aneh, tapi demikian Allah Maha Berkehendak. Alhasil, al-Jailani berpamitan pada ibunya untuk meminta izin menuntut ilmu. Ibunya, bertanya mengapa putranya tiba-tiba berpikir demikian. Al-Jailani menceritakan kisahnya, sang ibu terharu dan menyadari anaknya tidak dilahirkan menjadi orang biasa, melainkan ditakdirkan memiliki derajat mulia sebagaimana waliyullah. Al-Jailani menuntut ilmu, dengan berbagai suka dan duka, hingga tumbuh menjadi seorang ilmuwan dan sufi yang dikagumi banyak orang. Ketiga, berdasarkan dari sumber menurut Syaikh Ja’far al-Barzanji sebagaimana yang dijelaskan dalam karangannya yang berjudul Al-Lujain Ad-Dhani. Kisah seorang Wanita yang menitipkan anaknya untuk belajar dan mengabdi kepada Syekh Abdul Qadir. Namun, suatu hari ibu tersebut menjumpai anaknya sangat kurus dan tidak terurus tengah memakan roti yang kasar. Hal itu dikarenakan, tirakat yang harus ditempuh suluk agar mujahadah, melawan hawa nafsu. Melihat itu, ibunya marah kepada Syekh Abdul Qadir yang justru sedang menikmati tulang belulang ayam. Lantas Syekh Abdul Qadir mengumpulkan tulang-tulang tersebut, atas izin Allah tulang ayam yang remuk tadi, berwujud menjadi ayam hidup. “Jika anakmu sudah dapat seperti ini, ia boleh makan apapun yang dikehendaki,” ujar Syekh Abdul Qadir. Demikian tiga dari sekian banyak karomah yang dimiliki Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Kiranya dari adanya karomah tersebut, kita dapat mengambil hikmah. Yakni, siapapun yang bisa mengistimewakan Allah mengabdikan diri dari segala kehidupannya, maka Allah akan mengistimewakan manusia tersebut atas izinnya. Para wali merupakan orang-orang yang mengistimewakan Allah di atas segala-galanya, dunia yang fana tidak mampu menggoyahkan hatinya untuk terus memprioritaskan hatinya hanya berzikir menyebut Allah yang esa. Sejak memperkenalkan Tafsir al-Jailani, Syekh Fadhil juga mengamanahkan kepada muhibbinnya agar Tafsir al-Jailani diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Setelah 15 tahun menanti, pada 2022 ini beliau sangat bahagia karena terjemahan Tafsir al-Jailani dalam bahasa Indonesia akhirnya berhasil diterbitkan. Dalam kesempatan kunjungannya ke Jakarta, – Maulana Assayid Assyarif Syeikh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jilani Al-Hasani lahir pada 1 April 1954 M di Desa Jimzaraq, Kurtalan, wilayah Is’ird, sebelah Timur Turki yang terkenal dengan kawasan ulama. Beliau adalah cicit dari generasi ke-25 Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Sejak usia 2 tahun oleh kakeknya, al-Quthub al-Alim Syekh Muhammad Shiddiq al-Jailani al-Hasani, beliau dibawa ke desa Tilan yang terkenal dengan daerah kalangan orang-orang mulia Saadah Asyraf dari trah al-Jailaniyah. Beliau besar di bawah bimbingan kakeknya tersebut. Hingga usia 13 tahun beliau kembali ke keluarganya di Jimzaraq untuk menyempurnakan pendidikan keagamaan. Kemudian beliau dikirim oleh kakeknya melanjutkan belajarnya di Kota suci Madinah selama beberapa tahun. Hingga pada tahun 1978 M, terbesit dalam hati beliau untuk mencari dan meneliti buah karya Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani radhiyallahuanhu yang masih banyak berbentuk tulisan tangan asli manuskrip. Sejak saat itulah beliau habiskan waktu untuk mencari dan meneliti buah karya tersebut. Beliau kunjungi sekitar 50 perpustakan resmi nasional dan 10 perpustakaan khusus sulit dimasuki khalayak umum di lebih dari 25 negara. Kunjungan seperti ini beliau ulangi lebih dari 20 kali untuk beberapa negara. Dalam kunjungan tersebut beliau berhasil menemukan 17 kitab dan 6 manuskrip, salah satunya Tafsir al-Jailani yang menurut telaahan beliau tidak ada duanya dan bandingannya di dunia ini. Beliau mensyarahnya dengan menghasilkan sekitar lembar selain tafsir dan karya lain yang hilang yang tidak ditemukan di dunia ini selain dari usaha beliau. Beliau pun akan terus mencari dan meneliti karya-karya Sulthanul Auliya yang sangat banyak dan masih tersebar di belahan dunia. Terlebih, selepas keliling dunia beliau menjadi tahu bahwa ada 14 kitab yang hilang, belum diketahui keberadaannya. Ada pengalaman menarik yang beliau dapat saat mengunjungi perpustakaan Vatikan, Italia. Saat penjaga perpustakaan menanyakan maksud kunjungan beliau, maka seorang teman yang mendampingi beliau menjawab bahwa beliau sedang mencari dan meneliti kitab-kitab karya kakek beliau al-Jailani. Mendengar jawaban tersebut spontan sang penjaga pun berdiri penuh penghormatan dan berkata, “oh ya ya… Filusuf Islam, Abdul Qadir al-Jailani. Selepas beliau masuk ke perpustakaan tersebut, beliau temukan dalam katalog dan beberapa buku berbahasa Italia sebuah tulisan “Filusuf Islam”, dan dalam beberapa buku berbahasa arab “Syaikhul Islam wal Muslimin”. Kedua julukan ini beliau tidak temukan di tiga benua manapun kecuali di perpustakaan Vatikan. Di perpustakaan tersebut beliau juga temukan sebuah ibarat “Adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani radhiyallahu anhu yang membicarakan bahasan 13 cabang keilmuan”. Pendidikan dan Karya Emas Maulana Syeikh Muhammad Fadhil Al-Jilani Maulana Syeikh mendapatkan gelar Sarjana Syariah dengan predikat baik sekali, dari University of Islamic Studies Pakistan pada tahun 2000. Tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 2003 beliau mendapatkan gelar Diploma Pasca Sarjana Studi Islam, dengan predikat baik sekali, juga dari University of Islamic Studies Pakistan. Pada tahun 2006, Maulana Syeikh berhasil menyelesaikan Doktoral Studi Islam Spesialisasi Studi Filologi dengan predikat baik sekali, dari Al-Ummah Open University Pakistan. Maulana Syeikh pada tahun 2015 mendapat gelar Professor bidang Studi Islam the American Open University School of Islamic & Arabic Studies. Sampai saat ini Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jilani masih aktif sebagai dosen di American University for Human Sciences/California. Selain itu Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jailani masih menjadi Pimpinan Umum Markaz al-Jilani Istanbul sampai saat ini. Beliau juga masih aktif sebagai peneliti manuskrip kitab-kitab turost, terutama turots-turost Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra. Beliau juga pernah menjadi Guru Besar Masjid Nabawi semasa di Madinah. Berikut Karya Ilmiah Karangan Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jilani Nahrul Qadiriyah Biografi Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Tahqiq wa Dirasah Tafsir Surat Al-Fatihah wa Al-Baqarah Studi Filologi Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah. Al-Futuwwah fi Kaifiyati Akhdzi al-Ahdi wa al-Bai’ah Konsep Pengambilan Bai’at Dalam Tarekat al-Qadiriyah. Berikut Hasil Penelitian Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jailani Studi dan Penelitian Kitab Tafsir al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Al-Fath Ar-Rabbani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Syarh Shalawat karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Nashaih al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Ushuluddin karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Al-Mukhtashar fi Ulumiddin karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Dan beberapa hasil Studi dan Penelitian kitab-kitab karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra. yang sudah tercetak sekitar 24 kitab dan beberapa lebih dari 48 kitab dalam proses penelitian. Karomah Maulana Syeikh Muhammad Fadhil Al-Jilani Syekh Muhammad Fadhil al-Jilani dan KH Musthofa Aqil Siroj memiliki hubungan sangat dekat sekali. Hal ini dikarenakan setiap kunjungan Syekh Fadhil ke Indonesia pasti akan mampir ke rumah Kiai Musthofa. Bahkan Syekh Fadhil pernah mengatakan bahwa Kempek adalah rumah kedua beliau. Begitu pula KH Musthofa Aqil, beliau bersama istri, Nyai Shobihah Maimoen Zubair pernah bersilaturrahmi ke rumah Syekh Fadhil di Turki. Selain itu, setiap kunjungan Syekh Fadhil di Kempek pasti dihadiri oleh ribuan orang yang ingin mendapatkan berkah dan karomah dari cucu ke-25 Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Banyak orang yang merasakan karomah Syekh Fadhil, di antranya pengasuh Pesantren KHAS Kempek Cirebon, KH Muhammad Musthofa Aqil Siroj. Berikut beberapa karomah Syekh Fadhil menurut Kiai Musthofa Aqil seperti yang beliau ceritakan dalam ceramahnya Pertama, ketika untuk pertama kalinya Syekh Fadhil berkunjung ke Kiai Musthofa Aqil. Kemudian Syekh meminta menginap di rumah Kiai Musthofa. Di mana pada malam itu, sebenarnya Kiai Musthofa punya jadwal pengajian di daerah Majalengka. Kiai Musthofa merasa bingung antara menemani Syekh di rumah atau meninggalkan Syekh, demi menghadiri pengajian tersebut. Dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada telepon dari panitia bahwa di Majalengka sedang hujan besar. Jadi saran panitia, lebih baik Kiai Musthofa tidak usah mengisi pengajian. “Alhamdulillah, Allah telah memberi keputusan untuk tetap bisa bersama dengan Syekh Fadhil di rumah,” kata Kiai Musthofa. Kedua, pada hari Sabtu sekitar jam 12, Syekh Fadhil permisi pulang. Setelah Syekh pergi, Ustadz Rohim menelpon Kiai Musthofa bahwa Syekh minta madu. Lantas beliau mengirim seseorang untuk mengantarkan madu tersebut kepada Syekh di Tol Kanci. Setelah itu, Kiai Musthofa masuk ke rumah dan berwudlu untuk melaksanakan shalat dzuhur. Setelah selesai, tiba-tiba ada tamu mengetuk pintu rumah. “Tok tok tok, Assalamu’alaikum.” Lalu dijawab oleh Kiai Musthofa, “Wa’alaikumussalam,” jawab Kiai Musthofa. Kemudian dibuka pintunya, “Silakan masuk, dari mana pak?,” tanya Kang Muh. “Saya dari Riau, membawa madu untuk Kang Muh” jawabnya. Subhanallah, kata Kiai Musthofa, madu yang saya kirim kepada Syekh belum sampai diterima oleh beliau tetapi Allah sudah memberikan balasan madu satu wadah besar kepada saya. Ketiga, pertengahan tahun 2010, tepatnya pagi hari Jumat, Syekh Fadhil dengan Ustadz Rohim datang ke Kempek. Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri sekitar 400 kiai, bertempat di sebuah gudang yang dibuat menjadi ruang pertemuan dan di depan gudang merupakan tanah milik orang lain. Ketika selesai dari pertemuan, Kiai Musthofa matur kepada Syekh, “Ya Syekh berdoalah kepada Allah supaya tanah ini menjadi pondok pesantren.” Kemudian Syekh tersenyum. Kiai Musthofa paham isyarat tersebut, bahwa mana mungkin tanah milik orang lain mau dijadikan pondok. Kemudian Syekh mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Setelah Syekh Fadhil pulang pada hari Sabtu, kemudian pada hari Senin setelah Ashar, sekitar jam 5 sore, orang yang punya rumah di depan bengkel itu datang meminta Kiai Musthofa membelinya karena rumah tersebut hampir roboh. Lantas, rumah itu dibeli. Ternyata, tetangga-tetangga yang lainnya juga rumahnya ingin dijual kepada Kiai Musthofa. Akhirnya, atas berkah doa Syekh Fadhil, hajat Kiai Musthofa Aqil terkabul. Setengah tahun kemudian, gudang itu dibangun aula al-Ghadier dan dimulai pembebasan tanah. Sehingga sekarang area ini telah menjadi Pondok Pesantren sebagai tempat santri mengaji. Redaksi Aktual Beli(Biografi) Karomah Syekh Abdul Qadir Al Jailani - Keira di Mitra Pustaka Firdaus. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Download Tokopedia App. Tentang Tokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo Tokopedia Care. Kategori. Masuk Daftar. rx 570 epson l3210 beras sumo sarung bhs